Saat Ramadhan berakhir banyak perasaan muncul di hati kita yang bercampur jadi satu. 
Ramadhan Terakhir Kita
Ramadhan Terakhir Kita
Perasaan  senang muncul karena setidaknya kita  merasa berhasil telah lolos dari  medan  ujian yang berat sebagai pemenang. Benar-benar sangat berat.  Sebab, selain  harus menahan diri dari rasa lapar yang mengiris-ngiris  lambung kita, selain  harus menahan haus yang terasa mengeringkan  kerongkongan kita, juga kita  dituntut oleh Allah Swt. untuk  mengendalikan hawa nafsu kita. Tujuannya, agar  puasa kita juga  dibarengi dengan tambahan pahala yang lain dari Allah Swt.  
Ramadhan Terakhir Kita
Ramadhan Terakhir Kita
Perasaan sedih juga muncul dari kita. Kenapa sedih  dengan berakhirnya  Ramadhan? Karena kita kehilangan kesempatan emas untuk  menanam pahala  di bulan tersebut. Sedih rasanya merasakan perpisahan dengan  bulan yang  telah dimuliakan Allah sebagai tempat untuk ‘menimbun’ pahala. Lebih   sedih lagi kalal kita sampai tak mendapat apa-apa di bulan Ramadhan ini,  kecuali  rasa lapar dan haus. Atau lebih rugi lagi adalah nggak dapat  apa-apa. Termasuk tidak dapat pahala puasa karena memang tidak pernah berpuasa.  Duh, rugi berat deh. 
Ramadhan Terakhir Kita
Ramadhan Terakhir Kita
Rasa cemas juga kerap muncul  dari kita. Khususnya  bagi kita-kita yang memang telah mengisi Ramadhan  tahun ini dengan segala  aktivitas amal sholeh kita. Sehingga setiap  habis Ramadhan, yang dirindukan  adalah kembali bisa menikmati Ramadhan  di tahun depan. Namun, ada kecemasan  yang menggunung manakala menyadari  dan khawatir jika usia kita tidak sampai di  Ramadhan berikutnya.  Harapan dan kecemasan bercampur jadi satu. Sampai kita  sendiri tidak  tahu, apa sebetulnya yang kita inginkan. Sebab, antara harapan  dan  kecemasan kelihatannya saling melengkapi. Setiap kali kita berharap,   selalu saja ada kecemasan, meski sekecil apapun rasa cemas itu.
Perasaan-perasan tadi muncul secara wajar dalam diri kita. Alhamdulillah, moga kita menjadi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Tapi jika sebaliknya, yakni kita tak pernah merasa senang, sedih, apalagi cemas dengan habisnya Ramadhan ini, maka sudah sepantasnya kita mulai mengukur diri . Sudah seberapa pantas menjadi seorang muslim. Sungguh keras hati kita jika tak pernah ada ungkapan perasaan seperti itu. Meski cuma diungkapkan setitik saja. Ah, rasanya kita pantas untuk ‘dimurkai’ Allah. Naudzubillahi min dzalik!
Ramadhan Terakhir Kita
Semoga Allah SWT meridhai setiap amal ibadah kita dan memberi kita kesempatan untuk bertemu Ramadhan-Nya tahun depan..

0 komentar:
Posting Komentar