Menjelang akhir bulan Oktober ini, masyarakat Barat Eropa tampak sibuk memakai kostum aneh dan freak,  mereka berkostum dengan pakaian menakutkan ala setan-setan ala  imajinasi dan mitos mereka.Buah labu pun dipotong dan diukir dengan wajah mengerikan kemudian diberi lilin atau lampu di dalamnya, dan dipajang di rumah-rumah. Anak-anak berkeliaran dengan kostum anehnya pada malam hari, berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya sembari berteriak ”Trick or Treat!”, untuk mendapatkan permen dan gula-gula. Rumah-rumah, halaman, lapangan, mall-mall, plaza, tempat perbelanjaan dan tempat umum lainnya, sibuk menyambut perayaan aneh ini dengan dekorasi-dekorasi aneh. Ya, perayaan ini adalah perayaan Halloween.
Ironinya, hal ini turut menyebar pula di kalangan kaum muslimin. Para pemuda Islam turut meramaikan syiar kaum kuffar yang jahiliyah ini, hanya untuk dikatakan tidak ketinggalan zaman ataupun takut disebut remaja ”jadul” tidak gaul. Menurut mereka, ini hanyalah perayaan belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan agama dan keyakinan… Namun, benarkah klaim mereka ini?!!
Padahal, apabila mereka mau berfikir kritis dan tidak bersikap latah alias membebek begitu saja dengan budaya atau pemikiran asing, niscaya mereka dapat melihat dengan jelas bahwa Halloween ini bukanlah perayaan biasa tanpa ada tendensi keyakinan apa-apa. Karena, segala bentuk perayaan dan peringatan, pastilah berangkat dari tendensi suatu keyakinan atau ideologi tertentu…
Halloween  sendiri menurut akar kata, berasal dari bahasa Inggris ”Hallow” yang  artinya keramat atau suci. Upacara Haloween ini, sebenarnya berasal  beberapa abad sebelum Kristiani. Kaum paganis bangsa Inggris dan  Irlandia kuno, meyakini bahwa pada malam 31 Oktober, Tuhan memainkan  tipu muslihat terhadap para penyembahnya yang tidak abadi (mortal), dengan membawa bahaya, ketakutan dan supernatural. Mereka juga meyakini bahwa, ruh (souls)  orang-orang yang telah meninggal dibiarkan berkeliaran bebas dan dapat  mengunjungi kembali rumah-rumah mereka, serta serombongan besar arwah  jahat bergentayangan menejelajahi bumi. 
Intinya,  mereka (kaum paganis Inggris dan Irlandia Kuno) meyakini bahwa malam 31  Oktober adalah malam yang mencekam dan mengerikan, yang dipenuhi oleh  arwah bergentayangan, hantu, penyihir, hobgoblin (hantu yang berpostur pendek), black cats  (kucing hitam, sebagai simbol penyihir), para peri jahat dan iblis.  Untuk menangkal kejahatan malam tersebut dan mencegah kemarahan para  dewa (’tuhan’), mereka mengorbankan dan memberikan ’sesajen’ serta  menyalakan api unggun yang besar di puncak bukit untuk menakuti dan  menjauhkan arwah jahat.
Setelah  kaum paganis Romawi menaklukkan Inggris, mereka menambahkan beberapa  mitos pada tanggal 31 Oktober ini berupa festival panen buah-buahan,  dalam rangka menghormati dan memuliakan Pomona, dewi buah-buahan.  Beberapa tahun kemudian, gereja Kristian Barat pertama, merayakan  peringatan hari ”All-Saints” atau ”All-Hallows” pada siang hari 31  Oktober, dan pada malamnya mereka merayakan ”Hallows-Eve” (Malam  Suci/Keramat) atau ”Halloween”. Mereka tetap mengadopsi beberapa warisan  pagan (berhalais) dengan tetap meyakini bahwa pada malam tersebut,  orang-orang mati berjalan diantara mereka dan para penyihir serta warlock terbang berseliweran di tengah-tengah mereka, dan api unggun tetap dinyalakan untuk menjauhkan para arwah jahat dari mereka.
Secara  perlahan-lahan, Halloween pun berubah menjadi bagian peribadatan dan  kebiasaan keluarga. Pada abad ke-19, ritual kebiasaan ini mulai  berkembang, dan seloroh tentang penyihir pun dirubah dan diganti dengan tricks (permainan) dan games  yang dimainkan oleh anak-anak dan remaja. Halloween masih tetap  menyimpan akar paganis berhalais, rumah dan halaman masih dipenuhi oleh  dekorasi gambar-gambar menyeramkan dan menakutkan pada malam Halloween.  Anak-anak mewarnai wajah mereka dan memakai kostum aneh, lalu berkunjung  dari satu rumah ke rumah yang lain, sembari berteriak  ”TRICK-OR-TREAT!!!”.
Ritual menyediakan ’sesajen’ makan dan minum bagi para arwah digantikan dengan memberikan permen dan gula-gula kepada anak-anak berkostum, dan api unggun untuk mengusir roh jahat dirubah dengan ”Jack-O-Lantern”, yaitu sebuah labu yang tengahnya berlubang dan diukir dengan wajah menyeramkan serta diberi lilin di dalamnya.
Secara prinsip, Halloween sebenarnya berangkat dari ritual kuno yang melibatkan keyakinan terhadap arwah orang mati dan penyembahan kepada setan.
Ritual menyediakan ’sesajen’ makan dan minum bagi para arwah digantikan dengan memberikan permen dan gula-gula kepada anak-anak berkostum, dan api unggun untuk mengusir roh jahat dirubah dengan ”Jack-O-Lantern”, yaitu sebuah labu yang tengahnya berlubang dan diukir dengan wajah menyeramkan serta diberi lilin di dalamnya.
Secara prinsip, Halloween sebenarnya berangkat dari ritual kuno yang melibatkan keyakinan terhadap arwah orang mati dan penyembahan kepada setan.
Halloween, menurut mereka adalah hari keramat, dimana pada saat  itu setan, iblis, penyihir dan segala bentuk makhluk supranatural  berkeliaran bebas. Sehingga untuk mengusir arwah ini, diperlukan  ritual-ritual khusus. “Dalam beberapa kasus, orang-orang ini menebar ketakutan, khususnya bagi kaum manula. Merayakan Halloween berarti kita berada di pihak setan dan segala perbuatannya.”  Hal ini tentu saja di dalam Islam adalah terlarang  dan haram hukumnya.
Rasulullah SAW. Bersabda “Barang siapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk kelompok mereka” (HR .Ahmad dan Abu Dawud dari Ibnu Umar).
0 komentar:
Posting Komentar