situs beasiswa, beasiswa s1, informasi beasiswa s2, informasi beasiswa s2 dalam negeri, informasi beasiswa 2012, informasi beasiswa 2013, informasi beasiswa 2013 untuk mahasiswa, informasi beasiswa djarum

Minggu, 03 Juni 2012

Rumah Di Seribu Ombak | Pesona Toleransi di Balik Kisah Persahabatan

Di liburan sekolah bulan Juni dan Juli mendatang, selain film Ambilkan Bulan dan Di Timur Matahari. Akan ada satu film lagi yang menyusul, berjudul Rumah Di Seribu Ombak

Bagi masyarakat luas, Erwin Arnada mungkin belum terlalu akrab dengan nama ini. Sebenarnya dia adalah produser dari beberapa film seperti Asmara dua Diana (2009), Jaelangkung 3 (2007), Jakarta Undercover (2006), Cinta silver (2005), Catatan akhir sekolah (2005), 30 hari mencari cinta (2004) dan Tusuk jelangkung (2003)

Sebagian besar mengenalnya dari majalah Playboy Indonesia. Apa dia bintang majalah itu? Tentu saja tidak. Dialah big bos dari majalah Playboy Indonesia. Naskah Film Rumah di Seribu Ombak, dia selesaikan ketika dipenjara atas kasus majalah Playboy.

Novel 'Rumah Seribu Ombak' karya Erwin Arnada yang sudah dirilis beberapa waktu lalu, telah menjadi best seller. Novel yang diproduksi Gagas Media tersebut telah banyak diperbincangkan di situs jejaring sosial, seperti twitter. Novel tersebut seakan menandakan munculnya kembali, wartawan senior tersebut dengan karyanya setelah sempat sempat tersangkut kasus yang menyebabkannya harus meringkuk dibalik jeruji besi.

Kesuksesan novel 'Rumah Seribu Ombak', kemudian digagas untuk dijadikan konsep audio visual yakni film layar lebar, dengan judul yang sama. Rencananya film 'Rumah di Seribu Ombak' akan dirilis Agustus 2012 mendatang.

'Rumah di Seribu Ombak' menyajikan kisah yang menarik tentang makna dari sebuah persahabatan antara Wayan Manik dan Samihi, bocah muslim berusia 9 tahun yang tinggal di desa Kaliasem, Singaraja, Bali. Wayan Manik adalah penduduk setempat.

Film 'Rumah di Seribu Ombak', seperti juga novelnya, menceritakan harmonisnya persahabatan dua orang bocah berbeda latar belakang keluarga, agama dan suku bangsa. Persahabatan mereka saling isi, saling dukung dan tanpa sadar menjadi penguat karakter mereka hingga keduanya tumbuh dewasa walaupun sepanjang perjalanannya, persahabatan kadang tidak semulus yang mereka bayangkan.

Menariknya, sebagai pemeran utama, film ini menghadirkan tiga nama baru, yakni Risjad Aden, Dedey Rusma dan Bianca Oleen. ketiganya memang belum pernah terjun ke dunia hiburan secara serius.

Risjad Aden misalnya, pelajar SMP sekolah Islam di Jakarta Timur ini baru pertama kali terjun ke dunia akting. Namun dunia hiburan bukanlah hal yang asing bagi dirinya. Sang ayah, Yuga Aden tercatat sebagai seorang wartawan hiburan senior yang seringkali memperkenalkan dunia hiburan kepada buah hatinya itu.

Risjad Aden terpilih dari sekitar 500-an anak yang casting untuk karakter Samihi. Shakti Harimurti, casting director proyek film 'Rumah di Seribu Ombak' ini jatuh hati pada akting Risjad yang natural dan tulis. "Sangat pas untuk karakter SAMIHI dalam film ini. Terutama juga karena Risjad Aden sudah terbiasa mengaji, di mana di film ini, karakter SAMIHI harus mengikuti lomba mengaji," jelasnya.

Menurut Risjad, pengalamannya pertama berakting itu menjadi hal yang berharga untuk menapaki karier di dunia hiburan. Lantaran pengalaman pertamanya, Risjad mengaku sempat mengalami kesulitan untuk memerankan Samihi.

"Apalagi banyak tuntutan adegan fisik yang jarang aku lakukan di Jakarta seperti banyak menggunakan sepeda tua dengan jalan yang tidak rata dan licin sehabis hujan. Naik turun bukit yang di pinggirnya jurang dan yang menyenangkan sebenarnya belajar surfing," ujar Risjad

Saat surfing, Risjad mengaku banyak tantangan yang dialaminya. "Seperti tanpa sengaja banyak meminum air laut, juga hidung dan telinga kemasukan air laut," pungkasnya.


Trailer Film Rumah Di Seribu Ombak


Denaihati


Rumah Di Seribu Ombak | Pesona Toleransi di Balik Kisah Persahabatan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar